Nusantaratv.com - Direktur Jenderal Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), Tedros Adhanom Ghebreyesus, menyatakan hampir 12.000 anak di bawah usia lima tahun di Gaza menderita kekurangan gizi akut.
Kondisi ini mencerminkan lonjakan tertinggi kasus malnutrisi balita yang pernah tercatat dalam satu bulan.
"Pada bulan Juli, hampir 12.000 anak balita diidentifikasi mengalami malnutrisi akut di Gaza, angka bulanan tertinggi hingga saat ini," kata Tedros dalam konferensi pers di markas WHO di Jenewa, Kamis (7/8/2024), seperti dikutip dari Reuters.
Sejak awal tahun hingga 29 Juli, setidaknya 99 orang telah dilaporkan meninggal dunia karena kelaparan, termasuk 64 orang dewasa dan 35 anak-anak. Dari jumlah tersebut, 29 di antaranya berusia di bawah lima tahun.
Data UNICEF menunjukkan antara Juni dan Juli, jumlah pasien yang dirawat karena kekurangan gizi melonjak hampir dua kali lipat, dari 6.344 menjadi 11.877. Dari jumlah itu, sekitar 2.500 anak mengalami kekurangan gizi akut parah.
Tedros mendesak adanya peningkatan dan kesinambungan bantuan kemanusiaan melalui berbagai jalur akses yang memungkinkan.
WHO saat ini mendukung operasional empat pusat perawatan gizi di Gaza, namun persediaan seperti susu formula dan makanan bernutrisi masih sangat terbatas.
"Pasokan nutrisi secara keseluruhan jauh dari memadai untuk mencegah kerusakan yang lebih serius. Diperlukan peningkatan volume dan keberagaman pangan yang drastis," kata Rik Peeperkorn, perwakilan WHO untuk Wilayah Palestina yang diduduki, melalui sambungan video.
Pemantau kelaparan global menyatakan situasi di Gaza telah mencapai tingkat darurat kelaparan. Anak-anak meninggal akibat kekurangan makanan, dan akses kemanusiaan ke wilayah tersebut sangat terbatas akibat konflik yang sedang berlangsung.
Kantor PBB (Perserikatan Bangsa-Bangsa) untuk Koordinasi Urusan Kemanusiaan (OCHA) melaporkan konsumsi makanan di Gaza telah mencapai titik terendah sejak perang dimulai.
Sebanyak 81% rumah tangga di wilayah yang padat penduduk tersebut melaporkan pola makan yang sangat buruk, meningkat drastis dari 33% pada April lalu.