Nusantaratv.com - Mantan Sekretaris Kementerian BUMN Said Didu menyoroti bahaya praktik ekonomi rakus atau Serakahnomics yang dinilainya telah mencengkeram sektor-sektor vital dalam perekonomian nasional.
Said menegaskan bahwa Presiden Prabowo dalam berbagai kesempatan telah memberi sinyal agar Indonesia berani menghentikan dominasi oligarki ekonomi. Menurutnya, langkah tersebut sejalan dengan tindakan tegas Menteri Pertanian (Mentan) Andi Amran Sulaiman yang membongkar permainan harga dan manipulasi pangan oleh pelaku besar.
Ia menjelaskan bahwa akar persoalan ekonomi Indonesia terletak pada hilangnya ruang usaha bagi kelompok kecil akibat menguatnya budaya ekonomi serakah yang hanya menguntungkan segelintir pihak besar.
“Sebenarnya Presiden Prabowo sudah menyuarakan istilah yang harusnya mahasiswa dan kita semua perjuangkan, yaitu Serakah-nomics. Ini pernyataan yang mengundang kita semua,” ujar Said dalam keterangan tertulis, Rabu, 19 November 2025.
Said juga menilai mahasiswa dan kampus semestinya menjadi kekuatan moral untuk menagih komitmen pemberantasan praktik ekonomi rakus tersebut.
“Saya berharap dari kampus, suarakan perlawanan terhadap Serakahnomics supaya menjadi agenda utama Presiden Prabowo,” lanjutnya.
Ia menegaskan bahwa praktik ekonomi serakah membuat oligarki mampu membeli apa saja, termasuk partai politik, aparat hukum, bahkan ruang demokrasi.
Said menilai sikap Presiden Prabowo tersebut sejalan dengan langkah Mentan Amran yang kini secara terbuka membongkar strategi pelaku besar dalam menguasai rantai pasok pangan, khususnya gabah dan beras. Menurutnya, praktik Serakahnomics di sektor pangan menyebabkan ribuan penggilingan kecil mati pelan-pelan karena tak dapat mengakses bahan baku.
Para pemain besar disebut membeli Gabah Kering Panen (GKP) sedikit di atas harga pasar bukan untuk membantu petani, melainkan untuk menguasai seluruh pasokan, sehingga pelaku kecil kehilangan ruang usaha. Pola ini dianggap telah berlangsung lama, namun baru kini mulai dibongkar karena Presiden Prabowo menaruh perhatian besar pada keadilan ekonomi.
“Ini sudah lama tumbuh di Indonesia. Tetapi mungkin baru saatnya hari ini kita membongkar dan berpihak pada rakyat kecil,” tegas Amran.
Mentan juga mengungkap temuan manipulasi kualitas beras premium di pasaran. Salah satu merek beras yang mengaku premium ternyata memiliki tingkat patahan hingga 59 persen, jauh dari batas maksimal 14 persen untuk kategori premium.
“Pecahannya 59 persen, artinya menir—makanan ayam—tapi dikemas sebagai beras premium,” ungkap Amran.
Manipulasi tersebut dianggap sebagai contoh nyata praktik Serakahnomics yang merugikan konsumen dan merusak pasar. Ia juga menilai pelaku besar menikmati skema yang seharusnya ditujukan bagi rakyat kecil, termasuk subsidi di sektor pangan.
Amran menegaskan perlunya pembenahan total sistem pangan nasional agar kelompok kecil tidak terus menjadi korban.
“Negara hari ini perlu berpihak kepada yang selama ini dirugikan. Sistemnya harus dibenahi agar petani, penggilingan kecil, dan konsumen tidak lagi dikorbankan,” tutupnya.




Sahabat
Ntvnews
Teknospace
HealthPedia
Jurnalmu
Kamutau
Okedeh