Rieke Kritisi Soal Tarif Trump Pembelian Boeing: “Negara Lain Menolak, Kita Malah Beli!”

Nusantaratv.com - 23 Juli 2025

Rieke Diah Pitaloka saat Raker dan RDP Komisi VI DPR RI dengan Menteri BUMN dan Kepala Badan Pelaksana Pengelola Danantara
Rieke Diah Pitaloka saat Raker dan RDP Komisi VI DPR RI dengan Menteri BUMN dan Kepala Badan Pelaksana Pengelola Danantara

Penulis: Ramses Manurung

Nusantaratv.com-Anggota Komisi VI DPR RI Rieke Diah Pitaloka mengkritisi salah satu poin dalam kesepakatan RI dan AS terkait tarif resiprokal 19 persen yang dikenakan kepada Indonesia. Di mana AS mengharuskan Indonesia membeli 50 unit pesawat Boeing.  

"Tarif resiprokal Amerika dan Indonesia kita mendapatkan 19% dengan beberapa syarat. Membebaskan tarif atas semua produk diekspor Amerika. Mematuhi komitmen membeli energi senilai 15 miliar US Dollar atau Rp244,074 triliun. Menjalankan komitmen mengimpor produk pertanian bernilai 4,5 miliar US Dollar atau sekitar Rp73 triliun. Harus membeli 50 pesawat buatan Amerika yaitu Boeing," papar Rieke Diah Pitaloka yang akrab disapa Oneng saat Raker dan RDP Komisi VI DPR RI dengan Menteri BUMN dan Kepala Badan Pelaksana Pengelola Danantara.  

"Padahal kita tahu kemarin dalam diskusi kita bahwa Boeing itu. Pembelian Boeing dan bombardir oleh BUMN yang bernama Garuda itu menyebabkan adanya masalah keuangan yang sampai sekarang dampaknya," imbuhnya. 

Karena itu, kata Rieke, mengingat dalam Kepres dan Inpres ada 18 kementerian lembaga di dalam Koperasi Desa. Maka arah Danantara dan Koperasi Desa sebetulnya inline. 

Dengan demikian, sambungnya, apa yang diputuskan dalam kesepakatan tarif tersebut masih bisa terjadi renegosiasi. 

"Apakah bisa di mungkin dan harus bisa dikomunikasikan, disinergikan adanya dari empat kesepakatan tadi? Bagaimana ada negosiasi?" ujarnya.

Rieke mengatakan membeli pesawat Boeing 737 Max digrounded dan kemudian Boeing 787 Dreamliner juga bermasalah. 

"Boeing yang mana yang harus dibeli? Sementara orang lain menolak membeli Boeing," ucapnya.

Menurutnya Amerika pasti memaksakan karena Boeing itu adalah salah satu simbol ekonomi Amerika. Ketika tidak laku merupakan sebuah masalah. 

"Di sisi lain saya mendukung adanya BUMN beserta Danantaranya untuk mengimbangi adanya industri. Sekarang industri perkapalan Dirgantara itu kalau saya tidak salah ada di Pindad dengan holdingnya Pindad. Untuk memberikan support membangun pabrik kerja sama dengan negara lain. Ada BRICS, ada semuanya itu. Bukan hanya technical know how tapi bagaimana juga ada alih produksinya ke depannya," paparnya.  

"Kemudian untuk pangannya juga. Bagaimana sikap atau respon seperti apa yang telah disiapkan oleh Kementerian BUMN, Danantara atas kebijakan tarif ini. Silakan jawaban tertulis saja, Bapak, karena ini kan sedang bergulir terus," pungkasnya. 

 

Dapatkan update berita pilihan terkini di nusantaratv.com. Download aplikasi nusantaratv.com untuk akses berita lebih mudah dan cepat melalui:



0

x|close