Nusantaratv.com-Wakil Ketua Umum Asosiasi Energi Surya Indonesia (AESI) Anggita Pradipta mengatakan penggunaan energi surya di sektor industri merupakan cara paling cepat untuk mengejar target bauran energi nasional Indonesia pada tahun 2025 sebesar 23% energi baru terbarukan (EBT).
Menurut Anggita, AESI melihat sebenarnya pemerintah sudah cukup komit dengan Asta Cita Presiden Prabowo Subianto yang meng-highlight energi terbarukan sebagai tulang punggung energi Indonesia.
"Ke depannya kita akan meningkatkan angka bauran energi. Kemudian juga belum lama diterbitkannya RUPTL dan kita tahu sampai dengan 2034 ada 17 giga energi surya yang sudah menjadi komitmen pemerintah. Dan angka tersebut paling besar di antara energi lainnya," kata Anggita Pradipta saat menjadi pembicara dalam sesi 1 diskusi panel Nusantara Energy Forum 2025 yang diselenggarakan Nusantara TV di Nusantara Ballroom NT Tower, Rabu (20/8/2025).
"Mendorong industri untuk menggunakan energi surya adalah cara yang paling cepat. Kenapa? Karena memang dari segi pembiayaan pun bukan dari APBN ataupun dari pemerintah, tetapi memang pihak swasta," imbuhnya.
Anggita menyebut peran swasta sangat besar dalam upaya meningkatkan bauran energi nasonal.
"AESI saat ini 116 anggota. Berisi perusahaan-perusahaan yang memang dari pihak swasta, developer swasta. Memang kita ingin meningkatkan adopsi energi surya di swasta karena itu yang paling cepat," paparnya.
Ia menilai Pemerintah juga mendorong penyerapan energi surya di industri supaya lebih cepat lewat perubahan regulasi sebelumnya 26 tahun 2021 kemudian Permen 2 tahun 2024.
Hanya saja memang dalam implementasinya AESI banyak melakukan evaluasi kemudian advokasi beberapa hal kepada Kementerian ESDM untuk implementasi ke depannya.
Anggita lebih lanjut menyampaikan dari sisi swasta tantangannya adalah bagaimana menciptakan investasi iklim yang cukup kompetitif.
"Bagaimana caranya swasta bisa mengadopsi dan pembiayaan masih cukup banyak saat ini? Bagaimana blended finance itu bisa ditingkatkan? Bagaimana kita bisa berkontribusi dari pihak pemerintah? Kemudian juga pihak swasta dan juga greenbond. Mungkin itu bisa menciptakan supaya angka ini lebih menarik dan lebih kompetitif," pungkasnya.