Dikritik Lamban Evakuasi Pendaki Juliana Marins, Basarnas: "Mau Dibilang Lambat, Terserah"

Nusantaratv.com - 08 Juli 2025

Komandan Search and Rescue Unit, Khafid As'adi dalam program "Abraham" di Nusantara TV.
Komandan Search and Rescue Unit, Khafid As'adi dalam program "Abraham" di Nusantara TV.

Penulis: Adiantoro

Nusantaratv.com - Proses evakuasi pendaki asal Brasil, Juliana Marins, yang ditemukan meninggal dunia di Gunung Rinjani, memunculkan sorotan tajam terhadap kinerja tim SAR Basarnas. 

Komandan Search and Rescue Unit, Khafid As'adi, menegaskan jika seluruh prosedur telah dijalankan dengan mengutamakan keselamatan tim.

"Kita sudah menggunakan drone thermal, itu pun sebentar. Tapi, tidak ada. Cuaca gerimis, nggak mungkin kita langsung melakukan pencarian. Habis itu coba diterbangkan. Nggak ada pencariaan karena drone yang menentukan," ujar Khafid saat diwawancarai jurnalis Nusantara TV Abraham Silaban dalam program 'Abraham', Senin, 7 Juli 2025. 

Khafid menjelaskan medan yang curam dan berbahaya membuat tim tidak bisa gegabah dalam pencarian. 

"Seandainya kita turun, terus drone nggak ngawal kita, kan nggak mungkin. Kenapa nggak dikawal dengan drone? Kita memastikan anggota potensi kita ini sudah siap. Seandainya terdeteksi dua suhu tubuh yang panas, dengan thermo itu, kita pastikan kontak radio. Kita berpikir keras langsung ke bawah biar menjangkau korban," sambungnya.

Juliana akhirnya ditemukan pada hari ketiga pencarian, berdasarkan pantauan visual yang dilakukan sejak Minggu malam.

Salah satu nama yang ikut disorot publik adalah Agam Rinjani, yang membantu membawa jenazah Juliana turun dari gunung.

Khafid mengapresiasi peran Agam namun menekankan jika keberhasilan evakuasi merupakan hasil kerja kolektif.

"Yang terpenting adalah kekompakan di medan. Itu yang membuat semuanya berjalan," tegasnya.

Menanggapi kritik jika tim SAR dianggap kurang optimal dalam penyelamatan, Khafid membantah keras. Menurutnya, kondisi alam adalah faktor utama yang kerap tidak dipahami publik.

"Kita melakukan dengan seoptimal mungkin. Dengan cuaca dan gerimis, kita tetap tembus, kondisi curam kita pikirkan bagaimana caranya agar kita bisa sampai disitu. Tapi kalau kita bicara soal alam, nggak ada yang bisa melawan. Seandainya kabut tebal, terus ada bebatuan yang lepas, dari situ kita menjawabnya dibilang lambat, terserah," tegas Khafid.

Menurutnya, mengevakuasi Juliana merupakan bentuk pengabdian dan kehormatan sebagai bagian dari misi kemanusian yang dijunjung tinggi.

"Nggak bisa dibayar dengan apapun. Tabungan akhirat, Lillahi Ta'ala. Juliana pulang ke negaranya dan dimakamkan secara layak. Menjunjung nilai luhur kemanusiaan, 'kamu akan pergi, pasti kamu akan pulang'," ungkapnya.

Dia menegaskan, jika upaya mereka tak dihargai, dirinya tak ambil pusing. "Yang penting tugas terlaksana dan seluruh tim pulang dengan selamat. Itu prioritas saya," tukas Khafid.

Saksikan selengkapnya penelusuran Tim Abraham Nusantara TV tentang tragedi meninggalnya Juliana Marins di Gunung Rinjani dalam video di bawah ini. 

Program "Abraham" di Nusantara TV tayang setiap Senin mulai pukul 20.00 WIB.

 

Dapatkan update berita pilihan terkini di nusantaratv.com. Download aplikasi nusantaratv.com untuk akses berita lebih mudah dan cepat melalui:



0

x|close